Selasa, 16 Desember 2014

KANG DASRIP



PANGGUNG SEBELAH KIRI MENGGAMBARKAN SEBUAH RUANGAN DARI SEBUAH RUMAH YANG SANGAT SEDERHANA. HANYA TERDAPAT SEBUAH SET KURSI DAN MEJA YANG AGAK TUA. NAMPAK SEBUAH ORNAMEN BERBENTUK BULAN UNTUK MENGGAMBARKAN SUASANA MALAM HARI. TERDAPAT SEBUAH KERANJANG YANG BERISI PAKAIAN.
DAROJI
Pak, mana radio Oji yang Bapak janjikan kemarin? (duduk di sebelah Kang Dasrip)
KANG DASRIP
sabar yo le, nanti kita beli bareng-bareng supaya kamu bisa memilih radio yang kamu inginkan. Lagipula lukamu belum sembuh tho dari khitan? Kamu tenang saja le, pasti nanti Bapak belikan. (mengelus kepala anaknya)
DAROJI
horeee...tapi bener yo Pak. Radionya harus yang merek Philip seperti kepunyaan Wak Haji Kholik itu. Bapak sendiri kan yang bilang? (tepuk tangan)
KANG DASRIP
iya, Bapak janji. Sekarang kamu istirahat saja, biar lukamu cepat sembuh, biar nanti bisa cepat beli radio. (menuntun Daroji meninggalkan ruangan)
ISTRI KANG DASRIP
(bicara sendiri sambil melipat pakaian) dasar anak jaman sekarang. Ada saja maunya. Minta dibelikan inilah, itulah. Ndak tahu apa kalau untuk makan sehari-hari saja susah. Tapi ndak papa, Daroji anak kami satu-satunya, itung-itung ini adalah hadiah khitanan dia kemarin. hehe
KANG DASRIP
(masuk ke ruangan, mondar mandir sambil menggaruk-garuk kepala)
ISTRI KANG DASRIP
(melihat dengan heran) sampean kenapa tho Kang? Dari tadi mondar mandir mondar mandir kayak pejabat kurang gaji saja. (melipat pakaian yang sudah dicuci)
KANG DASRIP

bagaimana aku ndak bingung, kau tahu sendiri kan Buk kalau aku sudah berjanji akan membelikan radio untuk Daroji. (duduk di kursi dengan raut wajah yang cemas)
ISTRI KANG DASRIP
lantas, apa yang kau bingungkan?
KANG DASRIP
Ibuk ini bagaimana tho? Bagaimana aku bisa membelikan radio untuk Daroji kalau dananya saja tidak ada. Semula kan aku berharap bisa mendapatkan duit dari hajat khitanan anak kita kemarin, tapi lihat bagaimana orang-orang itu mbuwuhi kita, hanya berapa rupiah yang mereka keluarkan untuk disumbangkan kepada kita?
ISTRI KANG DASRIP
sabar Kang. Mungkin...
KANG DASRIP
mungkin apa Buk, mungkin mereka lupa dengan buwuhan kita dulu? memang dasar orang yang ndak tahu terimakasih. (berbicara tanpa melihat istrinya)
ISTRI KANG DASRIP
ya mungkin saja mereka tidak punya uang untuk menyumbang. Sudahlah, ndak usah marah-marah begitu, ndak enak sama tetangga. (mencoba menenangkan Kang Dasrip)
KANG DASRIP
biar. Biar mereka tahu semua. (tolak pinggang)

BLACK OUT. MASIH BERADA DI PANGGUNG SEBELAH KIRI. DAROJI DAN AYAHNYA DUDUK BERSEBELAHAN. DI MEJA TERDAPAT SEPIRING UBI REBUS DAN SECANGKIR KOPI. TERDAPAT SUARA KOKOK AYAM DAN DECIT BURUNG UNTUK MEMPEROLEH SUASANA PAGI HARI.
DAROJI
Pak, Daroji sudah ndak sabar dibelikan radio sama Bapak.
KANG DASRIP
iyo le. Pasti nanti Bapak belikan. (mencoba meyakinkan Daroji)
DAROJI
tapi kapan Pak? Daroji sudah ndak sabar untuk menyalakan radio seperti kepunyaan Wak Haji Kholik. (mrengut)
KANG DASRIP
loohhh...kan Bapak sudah bilang tho le, nanti kalau luka khitanmu itu sudah sembuh.
DAROJI
Bapak ndak coba belajar jadi para pejabat kan? Yang bisanya cuma janji, janji, dan janji tanpa ada wujudnya.
KANG DASRIP
tentu tidak le, Daroji anakku. Nanti kalau lukanya sudah sembuh kita langsung berangkat ke pasar. (meneguk secangkir kopi)

BLACK OUT. PINDAH KE PANGGUNG SEBELAH KANAN. MENGGAMBARKAN SEBUAH DAPUR. TERDAPAT SEBUAH MEJA YANG DI ATASNYA TERDAPAT BEBERAPA TUMPUKAN PIRING, GELAS, DAN SENDOK. MENGGANTUNG BEBERAPA PERALATAN MASAK DI DINDING KAYU. KANG DASRIP BERDIRI MEMBELAKANGI ISTRINYA DAN ISTRINYA MENGELAP PIRING.
KANG DASRIP
bagaimana ini Buk. Duit kita tidak cukup, sementara anak kita Daroji sudah merengek minta dibelikan radio secepatnya.
ISTRI KANG DASRIP
sudahlah, Kang. Tak usah bingung. Kita nunggu sewa tebu sawah kita saja untuk beli radio itu. (bicara tanpa melihat Kang Dasrip dan tetap mengelap piring)
KANG DASRIP
kau kira berapa sewan tebu untuk sawah kita? (nada bicara sedikit lebih tinggi)
ISTRI KANG DASRIP
(menghentikan kerjaannnya) biarlah nanti aku yang ngomongi Daroji.
KANG DASRIP
(berbalik badan menuju istrinya) ngomongi apa? Dia anak kecil.
ISTRI KANG DASRIP
yaaa...disuruh sabar.
KANG DASRIP
(tertawa kecut) sabar sampai kapan?
ISTRI KANG DASRIP
kita kan bisa usaha.
KANG DASRIP
usaha apa?
ISTRI KANG DASRIP
soal sewan tebu itu misalnya. Kau kan bisa minta Pak Lurah untuk menaikkan harga sewanya.
KANG DASRIP
(tertawanya semakin mengeras). Kau kira lurah kita itu pahlawan, ya!. Dia itu takut sama atasannya. Atasannya itu ada main sama yang ngurus tebu itu, dan lagi lurah kita pasti juga dapat apa-apa. Dia sudah punya sawah berhektar-hektar, pajak-pajak dari kita tak tahu larinya kemana, uang pembangunan desa sedikit sekali kita lihat hasilnya, tapi dia belum pernah merasa puas, dia masih merasa kurang kaya.
ISTRI KANG DASRIP
jadi bagaimana? (nampak sedih)
KANG DASRIP
ya bagaimana! Memang bagaimana!

BLACK OUT. PINDAH PANGGUNG SEBELAH KIRI.
KANG DASRIP
(terburu-buru mencari kertas sisa undangan dan sebuah bolpoin. Setelah menemukan kertas dan bolpoin, nampak serius menulis sesuatu)
ISTRI KANG DASRIP
(masuk membawa secangkir kopi, menatap heran) apa yang kau lakukan, Kang?
KANG DASRIP
sudah, diam saja! (nampak serius menulis sesuatu)
ISTRI KANG DASRIP
tapi Kang.
KANG DASRIP
(menghentikan tulisannya) apalagi sih Buk, sudahlah!. Aku hanya ingin membukakan mata mereka, biar mereka tahu apa yang telah mereka perbuat.
ISTRI KANG DASRIP
maksud Akang? (meletakkan kopi di atas meja)
KANG DASRIP
iya. Aku akan mengirim surat kepada para undangan yang kurang ajar itu. Mereka pikir aku akan diam saja atas perlakuannya kemarin.
ISTRI KANG DASRIP
tapi kau tak menuliskan isi yang macem-macem kan Kang?
KANG DASRIP
alahhh, sudah-sudah. Aku pergi dulu. (meninggalkan istrinya)
ISTRI KANG DASRIP
(nada bicara tinggi) tapi Kang!

BLACK OUT. PANGGUNG SEBELAH KIRI. SEBUAH RUANGAN SEDERHANA. DI ATAS MEJA HANYA TERDAPAT SECANGKIR KOPI. TERDENGAR SUARA JANGKRIK, GENTING DILEMPAR KERIKIL, DAN SUARA ORANG RIBUT. SEBUAH ORNAMEN BULAN UNTUK MENGHASILKAN SUASANA MALAM HARI.
KANG DASRIP
ada apa tho Buk kok ribut-ribut di luar?
ISTRI KANG DASRIP
aku juga ndak tahu Kang. Jangan-jangan ini tanggapan dari tetangga atas surat yang kau kirimkan itu.
KANG DASRIP
aahhh, tidak mungkin. Pasti mereka tahu kalau yang aku lakukan itu juga untuk kebaikan mereka. Aku hanya mencoba mengingatkan bahwa apa yang mereka lakukan itu tidak benar, aku juga hanya memperjuangkan apa yang seharusnya kita dapatkan. (nampak gusar)
ISTRI KANG DASRIP
tapi bukan begitu caranya, Kang?
KANG DASRIP
lantas bagaimana? Alah, sudahlah. Biar aku yang menghadapi orang-orang kurang ajar itu. (meninggalkan ruangan)

BLACK OUT. LAMPU MENYOROT PANGGUNG BAGIAN DEPAN. TERDAPAT BEBERAPA TANAMAN UNTUK MENGGAMBARKAN SEBUAH TERAS RUMAH SEDERHANA.
KANG DASRIP
(
nampak mencari-cari seseorang. Berlari ke kanan dan ke kiri. Bicara sendiri)
kenapa panjenengan ribut-ribut di rumah saya. Kenapa genting rumah saya kalian lempari dengan kerikil? (menggulung lengan baju kemudian bertolak pinggang)
SUASANA TIBA-TIBA MENJADI HENING. TAK ADA SUARA APAPUN KECUALI SUARA JANGKRIK.
KANG DASRIP
(tiba-tiba merasa takut dan kembali ke rumah)

BLACK OUT. KEMBALI KE PANGGUNG SEBELAH KIRI. SEBUAH RUANGAN YANG SEDERHANA.
ISTRI KANG DASRIP
(khawatir, mondar mandir)
KANG DASRIP
(masuk ke ruangan dengan tergesa-gesa hingga nafasnya terengah-engah)
ISTRI KANG DASRIP
kenapa Kang, apa yang terjadi? (cemas)
KANG DASRIP
Panggil Daroji kemari!
ISTRI KANG DASRIP
Le, Daroji. Kemari nak, ini dipanggil bapakmu! (suaranya keras)
DAROJI
(masuk ke ruangan) ada apa Pak? Bapak sudah membelikan radio untuk Daroji ya? (senang)
KANG DASRIP
iyo le. Rencananya besok Bapak akan pergi ke pasar untuk membelikanmu radio. Tapi sepertinya Bapak akan pergi sendiri, lagipula lukamu kan belum sembuh. Ndak papa tho le? (merangkul anaknya)
DAROJI
horeee......iya Pak, ndak papa. Yang penting sebentar lagi Daroji punya radio seperti Wak Haji Kholik. (tertawa senang)
ISTRI KANG DASRIP
(berbicara sendiri) bagaimana Kang Dasrip membeli radio, duitnya saja masih kurang. Apa harus menggadaikan jalan depan rumah hanya untuk membeli sebuah radio.

BLACK OUT. DI PANGGUNG YANG SAMA. KEESOKAN HARINYA
DAROJI
(duduk sambil menunggu Kang Dasrip pulang dari pasar)
ISTRI KANG DASRIP
owalah le..lee. apa kamu ndak capek dari tadi nunggu Bapakmu disitu? (mendekati Daroji)
DAROJI
ndak buk. Pokoknya Daroji ndak mau pindah sebelum Bapak pulang membawa radio untuk Oji.
ISTRI KANG DASRIP
ya sudah, terserah kamu. (tersenyum seraya menggelengkan kepala)
KANG DASRIP
Assalamualaikum!
DAROJI
Wa’alaikumsalam! Bapak sudah pulang, yeeee...Bapak sudah pulang.
ISTRI KANG DASRIP
(tertawa sambil menggelengkan kepala)
KANG DASRIP
(nampak sedih seraya mendekati Daroji)
DAROJI
Pak, Bapak kenapa? Radio Oji mana Pak?
KANG DASRIP
Maafkan Bapak le, radionya diambil orang. (nada sedih)
DAROJI DAN ISTRI KANG DASRIP
(melongo)
BLACK OUT

SELESAI

6 komentar:

  1. isinya sudah baik, hanya saja tampilan blognya sedikit gelap jadi pembaca sedikit kesulitan ketika membaca.

    BalasHapus
  2. lhoh... radionya diambil beneran ato bohongan?!

    BalasHapus
  3. bagus-bagus...
    tapi kursornya itu lo., sedikit mengganggu,. kalau pake kursor biasa aja paling lebih bagus. :)
    semangat kakak

    BalasHapus
  4. ohya,. satu lagi., beberapa tulisan tidak kebaca,. jadi warna background nya akan lebih bagus lagi tampilannya kalau diubah.

    BalasHapus
  5. terimakasih atas kritik dan sarannya :D

    BalasHapus
  6. pak lurahnya itu gimana wataknya? trz radionya itu beneran sudah dibelikan atau hanya pura pura diambil orang?

    BalasHapus