BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Terdapat
kaitan antara perkembangan ilmu linguistik dengan ilmu-ilmu yang lain.
Kadang-kadang kaitan itu melahirkan subilmu baru seperti sosiolinguistik dan
psikolingistik, tetapi kadang-kadang hanya menambah dimensi keilmuan. Sampai
dengan tahun 60-an konsep pembelajaran bahasa didominasi oleh pandangan yang
secara implisit mengatakan bahwa guru adalah pemilik ilmu sedangkan siswa
adalah objek yang menjadi sasaran guru. Penelitian maupun praktik pembvelajaran
bahasa kwtika itu lebih dicurahkan untuk dapat mengajarkan bahasa
sebaik-baiknya. Hampir tidak pernah disinggung peranan para siswa dalam
menanggapi masukan-masukan yang diberikan. Pendekatan yang akan disajikan ini,
yakni: \
1. Pembelajaran
Bahasa Masyarakat (Community Language
Learning)
2. Respons
Fisik Total (Total Physical Responsse)
3. Pendekatan
Alamiah (The Natural Approach)
4. Pendekatan
Diam (The Silent Way)
5. Sugestopedia
(Suggestopedy)
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan pendekatan
Pembelajaran Bahasa Masyarakat?
2.
Apa yang dimaksud dengan pendekatan
Respons Fisik Total?
3.
Apa yang dimaksud dengan pendekatan
Alamiah?
4.
Apa yang dimaksud dengan pendekatan
Diam?
5.
Apa yang dimaksud dengan Sugestopedia?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan pendekatan Pembelajaran Bahasa Masyarakat
2.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan pendekatan Respons Fisik Total
3.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan pendekatan Alamiah
4.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan pendekatan Diam
5.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan Sugestopedia
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat
diperoleh dari penulisan makalah ini adalah membantu mahasiswa khususnya
jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk memberi pengetahuan tentang
macam-macam pendekatan mutakhir dalam pembelajaran bahasa.
BAB
II
PEMBAHASAN
Terdapat
lima pendekatan mutakhir dalam pembelajaran bahasa, yaitu:
2.1Pembelajaran
Bahasa Masyarakat (Community Language
Learning)
a. Latar
Belakang
Pembelajaran Bahasa
Masyarakat (PBM), dicetuskan oleh Charles A. Curran seorang profesor psikologi
di Universitas Loyola, Chicago dalam penelitiannya pada tahun 1957. Pendekatan
ini menerapkan konsep psikoterapi dalam bentuk konseling pada mahasiswanya. Bahasa
yang digunakan dalam eksperimen ini yaitu bahasa Prancis, Jerman, Spanyol, dan
Itali. Pada tahun 1960 hasil eksperimen mulai diterbitkan kemudian ditanggapi
dan dicoba oleh peminat lain termasuk bahasa Indonesia. Berikut ini adalah
perbandingan hubungan klien konselor dalam konseling psikologis dan
pembelajaran bahasa masyarakat.
|
No.
|
Konseling
Psikologis (Klien-Konselor)
|
Pembelajaran
Bahasa Masyarakat
|
|
1.
|
Klien dan konselor
setuju/mengadakan kontrak untuk konseling.
|
Pembelajar dan guru
setuju untuk belajar bahasa.
|
|
2.
|
Klien menyuarakan
masalahnya dalam bahasa pengaruh.
|
Pembelajar menyajikan
kepada guru pesan yang ingin disampaikan kepada temannya.
|
|
3.
|
Konselor mendengarkan
dengan sungguh-sungguh.
|
Pembelajar
mendengarkan dan yang lain ikut nguping.
|
|
4.
|
Konselor mengulangi
pesan klien dalam bahasa kognisi
|
Guru mengungkapkan
kembali pesan pembelajar.
|
|
5.
|
Klien mencermati
kecermatan pengungkapan ulang pesan oleh konselor.
|
Pembelajar mengulangi
bentuk pesan kepada temannya.
|
|
6.
|
Klien merefleksi
interaksi sesi konseling.
|
Pembelajar memainkan
kembali (dari tape recorder atau
dari ingatannya) dan merefleksi pertukaran pesan selama pembelajaran
berlangsung.
|
b. Prinsip
Dasar
Karena
Curran adalah seorang psikoterapi maka beliau menyejajarkan pembelajaran bahasa
sebagai persoalan antara pelajar/pasien disebut klien sementara guru/ahli ilmu
jiwa disebut konselor. Konselor harus menghilangkan perasaan negatif para
kliennya dengan bersifat fasilitatif. PBM mempunyai enam konsep yang
dicakup dalam satu singkatan yaitu SARD.
1.
Memberikan rasa aman (security) adalah rasa
aman pada diri klien maupun konselor. Ketika menggunakan bahasa asing siswa
seolah-olah mencari teman senasib atau lebih rendah dari dia. Rasa aman dapat
ditemukan jika rekan sekelas serta konselor menunjukkan sikap gotong royong dan
memberi kepercayaan kepadanya. Konsep ini meminta konselor untuk bertindak
sebagai orang yang menyebarkan benih yang diharapkan tumbuh pada kliennya.
2.
Atensi-agresi (attention-aggression).
Sejak kecil kita dibiasakan untuk memberikan perhatian kepada apa pun, namun
seringkali kita lalai untuk melakukannya. Menurut Curran kita diharapkan
membina perhatian pembelajar saja. Sesuatu yang baru adalah terlalu asing untuk
dapat diingat, sedangkan sesuatu yang biasa mudah membawa kita ke rasa bosan
sebelum kita benar-benar menghayatinya.
3.
Agresi (aggression)
dimaksudkan agar para siwa yang berperan aktif dalam proses belajar. Dalam PBM
proses ini tidak hanya pada peran serta siswa dalam kelas, namun juga keputusan
siswa untuk mencari topik dan bahan pelajaran sendiri.
4.
Refleksi (reflection)
dan (5.) retensi (retention). Dalam
proses releksi atau bercermin diri para klien melakukan instrospeksi untuk
mengetahui sejauh mana mereka menguasai bahan dan masalah yang timbul dalam
kaitan itu. Curran membagi refleksi menjadi dua macam, yaitu (1) refleksi teks:
para klien mendengarkan kembali percakapan yang telah mereka lakukan untuk
merenungkan dan mengecamkan kembali arti dan makna. (2) refleksi pengalaman:
untuk mengeluarkan segala permasalahan psikologis yang dialami tiap klien
selama kelas sebelumnya berlangsung. Kedua proses refleksi ini dilakukan pada
tiap akhir kelas. Hal ini akan membantu klien untuk (a) memahami, menghayati,
dan memanfaatkan apa yang telah dipelajari, dan (b) memanggil kembali semua ini
ketika diperlukan.
6.
Diskriminasi (discrimination).
Klien harus dapat membedakan satu elemen bahasa dari yang lain secara teliti sehingga
tingkat kebahasaan yang dikuasainya tidak banyak mengandung kesalahan lagi.
Curran mengatakan bahwa
kemampuan untuk memberikan bimbingan seperti ini dapat diperoleh dengan latihan
dan pengalaman.
c. Tahap
Penguasaan
Curran membagi menjadi
lima tahap, yaitu:
1. Tahap
embrionik (embryonic stage) adalah
suatu tahap klien sangat bergantung pada konselornya.
2. Tahap
asersi diri (self-assertion stage),
tahap ketika klien telah memperoleh dukungan moral dari rekan senasibnya untuk
bersama-sama menggunakan bahasa asing dan menemukan identitas sebagai penutur
bahasa itu.
3. Tahap
kelahiran (birth stage), klien secara
bertahap mulai mengurangi pemakaian bahasa ibunya.
4. Tahap
timbal balik (reversal stage),
hubungan antara klien dengan konselor telah mencapai taraf saling percaya. Pada
tahap ini juga klien tidak banyak diam pada waktu diadakan pertemuan konseling
seperti pada tahap pertama, tetapi lebih aktif dalam percakapan-percakapan yang
hidup.
5. Tahap
independen (independent stage), tahap
di mana klien telah menguasai semua bahan. Klien memperluas bahasanya dan
mempelajari pula aspek-aspek sosial dan budaya dari para penutur asli.
d. Teknik
Pelaksanaan Pembelajaran
Hal yang paling mencolok dari PBM
adalah setiap kelas terdiri dari enam sampai dua belas klien yang masing-masing
didampingi oleh seorang konselor, baik secara langsung maupun media elektronik.
PBM tidak memakai teks apa pun, tetapi mempunyai alat peraga khusus bernama
sistem pembelajaran kromakord Chromacord Teaching System.
e. Hasil
yang Dicapai
Eksperimen yang
dilakukan oleh Curran selama lebih dari lima belas tahun ini memberi dasar yang
mantap untuk mengembangkan metode ini. Stevick mengatakan bahwa setelah belajar
selama 120 jam dengan model ini para kliennya mampu menguasai bahan 100%. La Forge
(1971) dan Taylor (1979) berkesimpulan bahwa metode ini mempunyai masa depan
yang dapat diharapkan.
2.2Respons
Fisik Total (Total Physical Responsse)
a. Latar
Belakang
RFT
dipelopori oleh seorang psikolog dari San Jose State University, California,
Amerika Serikat bernama James J. Asher pada tahun 1960-an. Inti dari RFT adalah
pengajaran bahasa dengan memanfaatkan gerakan tubuh (motorik). Bahasa yang
digunakan dalam eksperimen ini adalah bahasa Jepang dan Rusia. Teori ini
mengatakan bahwa semakin sering hubungan ingatan (memori) dilacak , semakin
kuatlah asosiasi memori itu dan semakin mudah untuk diingat kembali.
b.
Prinsip-prinsip Dasar
Alasan
muncul teori ini adalah asimilasi dari informasi dan keterampilan bisa
ditingkatkan secara signifikan apabila kita memanfaatkan sistem sensori
kinestetik. Dasar ini dikaitkan dengan kenyataan bahwa dalam menguasai
bahasanya sendiri seorang anak kecil lebih banyak mendapatkan pajanan
ujar-ujaran yang memerlukan tanggapan fisik daripada macam ujaran lain.
c.
Teknik Pelaksanaan Pembelajaran
RFT
membutuhkan ruang belajar yang agak besar dan bisa diubah-ubah bentuknya.
Jumlah pelajar yang optimal adalah 20-25 orang, sedangkan umurnya tidak menjadi
masalah. Hampir semua bahan pelajaran disajikan dalam bentuk kalimat perintah.
Selain itu, TPR tidak memerlukan terjemahan ke dalam bahasa ibu pelajar dan
tidak memberikan pekerjaan rumah (PR). Total waktu yang dibutuhkan oleh para
pelajar RFT untuk menguasai bahasa baru (dengan kosakata sehari-hari) adalah
159 jam.
d.
Hasil yang Dicapai
Dari
eksperimen yang dilakukan oleh Asher dan de Langen ada tahun 1972 pada lima
anak yang berumur 11 tahun yang diajar bahasa Jerman selama dua bulan, seminggu
dua kali dalam tiap kalinay 20 menit terbukti bahwa hasilnya sama dengan hasil
yang dicapai selama 240 jam oleh Sekolah Bahasa untuk Militer di Amerika.
2.3Pendekatan
Alamiah (The Natural Approach)
a. Latar
Belakang
NA dirintis
pada tahun 1977 oleh seorang guru Bahasa Spanyol dari Universitas California
bernama Tracy D. Terrel. Pandangannya adalah penguasaan bahasa lebih banyak
bertumpu pada pemerolehan (acquisition), bukan pembelajaran (learning).
Terrel juga bekerja sama dengan Teori Monitor yang diajukan oleh Stephen D.
Krashen seorang pakar dalam linguistik terapan dari Universitas California
Selatan dalam mengembangkan kerangka teoretis pendekatan alamiah.
b. Prinsip-prinsip
Dasar
Menurut Terrel siswa
harus didorong untuk memiliki kompetensi komunikatif yang didefinisikan sebagai
suatu kemampuan untuk dapat memahami apa yang dikatakan oleh penutur asli tanpa
kesalahan yang dapat mengganggu arti yang dimaksud. Model teoretis yang
mendasari pendekatan alamiah adalah (1) Hipotesis Pemerolehan-Pembelajaran (2)
Hipotesis Urutan Alamiah (3) Hipotesis Monitor (4) Hipotesis Masukan (5)
Hipotesis Saringan Afektif.
c. Teknik
Pelaksanaan Pembelajaran
NA
menyajikan banyak kosakata dan koreksi melalui latihan atau PR. Situasi,
fungsi, dan topik dikombinasikan untuk mengembangkan kemampuan dasar pelajar
dalam berkomunikasi. Hanya dikatakan bahwa NA lebih baik daripada Metode
Langsung. Seluruh waktu di kelas dimanfaatkan untuk aktivitas-aktivitas yang
menopang pemerolehan dan bukan pembelajaran. Empat contoh aktivitas semacam ini
adalah yang (a) afektif-humanistik, (b) bersifat memecahkan masalah, (c)
berbentuk permainan, dan (d) berorientasi pada isi masalah.
d. Hasil
yang Dicapai
Sebuah pernyataan
berbunyi seperti ini “Dengan pendekatan Alamiah, setelah satu semester siswa
menunjukkan kinerja lebih baik dalam berbicara, menulis, serta kosakatanya
menjadi lebih luas, lebih dapat mentransmisikan banyak informasi, lebih akurat
dalam penggunaan kalimat bila dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan
pendekatan langsung.
2.4Pendekatan
Diam (The Silent Way)
a. Latar
Belakang
SW dirintis Caleb Gattegno pada
tahun 1954. Menurut Gattegno, penguasaan bahasa tidak bisa dilakukan dengan
tiruan tubian saja. Hal pertama yang harus ditumbuhkan pada pelajar adalah
kesadaran akan adanya “kekuatan dalam” untuk mempelajari bahasa baru.pendekatan
diam adalah perkembangan dari pengalaman Gattegno sebelumnya, dan sebagian dari
pendekatan diam mencerminkan pandangan Gattegno dibidang nonbahasa.
b. Prinsip-prinsip
Dasar
Selain memanfaatkan
cara anak kecil menguasai bahasanya sendiri, Gattegno juga berpendapat bahwa
penguasaan bahasa pertama B1 tidah sama dengan penguasaan B2, bahasa asing yang
sedang dicoba dikuasainya. Gattegno berkesimpulan bahwa manusia diberkati
kemampuan untuk menggerakkan kekuatan dalam lebih banyak daripada yang disadarinya.
Pendekatan diam langsung menyajikan tulisan setelah atau pada waktu pelatihan
lisan. Hal ini dilakukan untuk membantu daya ingat siswa , karena mereka telah
terbiasa melihat tulisan di dalam bahasanya sendiri.
c. Teknik
Pelaksanaan Pembelajaran
SW sangat
artifisial dan terkontrol. Jumlah kosakata sangat dibatasi karena pelajar harus
betul-betul memanfaakan daya kognisinya untuk menggunakan kosakata yang ada
dalam berbagai konstruksi yang berbeda. Pada hari pertama guru mulai mengajar.
Dia membawa satu kotak potongan kayu dan mengambil satu batang berwarna merah
dan agak pendek sambil mengucapkan, misalnya layuka. Kemudia dia mengambil kayu lagi berwarna merah lagi tetapi
agak panjang dan mengatakan layuka. Dengan
dua kayu dan satu kata itu siswa terpaksa menerka-nerka apakah layuka berupa potongan kayu atau warna
merah. Setelah itu guru mengambil kayu lagi berwarna biru dengan ukuran yang lebih panjang lagi
dan dia juga mengucapkan kata layuka, maka
sadarlah para siswa bahwa layuka
adalah sebatang kayu, dan bukan warna merah.
Gattegno
mempunyai beberapa alat peraga dalam SW, dua di antaranya adalah beberan Fidel
dan beberan dinding. SW langsung menyajikan tulisan setelah atau pada saat
latihan lisan. Guru 90% diam, bahkan koreksi dilakukan oleh pelajar lain.
d. Hasil
yang Dicapai
Gattegno mengklaim bahwa SW hanya
memerlukan waktu satu tahun untuk mencapai tingkat penguasaan bahasa baru yang
sama dengan empat tahun dalam metode lainnya. Di lain pihak, Dardjowidjojo
menganggap bahwa kebisuan guru pengajar SW terlalu dipaksakan karena koreksi
dari guru akan lebih efektif daripada pelajar lain. Gattegno menganjurkan agar
siswa berpindah ke bahasa asing lain setelah menguasai satu B2 dengan
pendekatan diam karena dalam dunia modern di mana manusia bergaul secara bebas
dengan manusia lain secara internasional lebih baik jika kita menguasai
beberapa baahsa asing.
2.5 Sugestopedia (Suggestopedy)
a. Latar
Belakang
SP dirintis pada musim panas tahun 1975 oleh Georgi Lozanov yang berprofesi sebagai dokter dan psikoterapis. Kedua bidang ini
jugalah yang menjadi dasar dalam konsep-konsep SP. Pada awal perkembangannya sugestopedia hanya dicoba di negara-negara Eropa
Timur seperti Soviet Rusia, Jerman Timur, dan Hongaria. Pada tahun 1970 Sheila Ostrander dan Lynn Schroeder
menerbitkan Psychic Discoveries behind
the Iron Curtain mulailah sugestopedia ini dikenal lebih luas. Pandangan Lozanov adalah bahwa
manusia bisa diarahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Prinsip-prinsip
Dasar
Menurut Lozanov,
sebagai landasan yang paling dasar suggestopedia adalah suggestology,
yakni suatu konsep yang menyuguhkan suatu pandangan bahwa manusia bisa
diarahkan untuk melakukan sesuatu dengan memberikannya sugesti. Lazanov
menerapkan sugesti ini tidak hanya pada proses belajar bahasa, tetapi juga pada
bidang-bidang lain termasuk proses anastesi untuk operasi penyakit. Pikiran
harus dibuat setenang mungkin, santai, dan terbuka sehingga bahan-bahan yang
merangsang saraf penerimaan bisa dengan mudah diterima dan dipertahankan untuk
jangka waktu yang lama (Soenjono Dardjowidjojo, 1996:63).
Dalam bidang
pembelajaran bahasa suasana tenang dapat dicapai dengan memakai berbagai cara,
salah satu diantaranya adalah yoga. Sebelum siswa memulai tiap pelajaran, siswa
diminta untuk melakukan yoga yang bertujuan untuk menghimpun kemampuan yang
hipermnestik yakni suatu kemampuan yang luar biasa “supermemory” yang luar
biasa.
Pada umumnya bahan
pelajaran yang diberikan dalm bentuk dialog yang sangat panjang. Ciri-cirinya
sebagai berikut:
(1) Penekanan
ada di kosakata dan isi,
(2) Dasar
pembuatan dialog adalah keadaaan atau peristiwa hidup yang nyata,
(3) Harus
secara emosional relevan,
(4) Memiliki
kegunaan praktis,
(5) Kata-kata
yang baru diberi garis bawah dan disertai transkripsi fonetik untuk lafalnya.
c. Teknik
Pelaksanaan Pembelajaran
Teknik pelaksanaan
pengajaran bahasa dengan suggestopedia sangat unik. Untuk kelas yang intensif,
pembelajar bertemu selama empat jam sehari, enam kali seminggu, untuk jangka
waktu satu bulan. Dengan demikian, satu paket pelajaran terdiri atas 96 jam
tatap muka. Untuk menjaga atmosfer kelas agar sesuai dengan kondisi yang
diinginkan, maka jumlah siswa yang paling ideal adalah dua belas, lebih baik
jika terdiri atas 6 pria dan 6 wanita.
Menurut Richards dan
Rodgers (1993:150-151; baca juga Soenjono Dardjowidjojo, 1996:64-65; Henry
Guntur Tarigan, 1988: 262-263), kegiatan pengajaran bahasa dengan suggestopedia
terdiri atas tiga bagian, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pertama,
diadakan tinjauan kembali atau mengulang bahan pelajaran hari sebelumnya.
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk percakapan permainan, sketsa, cerita lucu,
dan akting. Bila siswa membuat kesalahan, ia dibetulkan tetapi dengan nada yang
mendorong ke arah positif.
b. Kedua,
bahan baru disajikan dalam konteks melalui dialog-dialog panjang dan caranya
tidak jauh berbeda dengan cara tradisional: bahan disajikan dan diperagakan,
dikuti dengan keterangan kata-kata baru dan tata bahasa. Dialog yang digunakan
sebagai bahan pelajaran harus relevan, riil, menarik, dan digunakan sesuai
isinya.
c. Ketiga
adalah bagian yang disebut seance. Seance
adalah pertemuan perkuliahan yang tujuannya ialah untuk reinforcement bahan baru pada taraf
bawah sadar. Pada tatap muka ini siswa duduk-duduk dan menyantaikan diri dengan
postur duduk yang dinamakan Sayasana. Kegiatan ini berlangsung selama satu jam.
Kegiatan ini terdiri dari dua macam, yaitu (1) aktif: siswa melakukan kontrol
terhadap pernapasan dengan ritme sebagai berikut 2 detik pertama untuk merarik
napas, 4 detik kemudian untuk tahan napas, dan 2 detik terakhir untuk
istirahat. Proses ini diulang-ulang selama 25 menit.
Pada dua detik tarikan
napas, guru menyajikan bahan dalam bentuk bahasa pertama untuk memberikan
siswa kesempatan mengerti apa yang akan
disajikan dalam bahasa kedua. Pada detik ketiga sampai keenam, siswa menahan napas
dan guru menyajikan bahan dalam bahasa kedua. Pada saat ini siswa boleh melihat
buku teks dan mengulang secara mental bahan yang sedang disajikan. Pengulangan
mental yang merupakan bagian dari inner speech ini oleh para ahli ilmu
jiwa Eropa Timur dianggap sangat bermanfaat untuk mengembangkan hypermnesia.
Pada dua detik terakhir
dari siklus pertama ini siswa melakukan istirahat pernapasan untuk selanjutnya
mengulangi siklus kedua, ketiga, dan sebagainya. Bagian yang pasif dari séance
selanjutnya, yang sering juga disebut bagian konser, berlangsung sekitar 20-25
menit. Pada bagian ini siswa mendengarkan suatu macam musik gaya baroque,
yakni bentuk musik yang berasal dari abad ke-17 yang penuh dengan ornamentasi
dan improvisasi, efek-efek yang kontrastif seperti tercermin pada karya Bach
dan Handel. Para siswa menutup mata dan memeditasikan bahan yang
diperdengarkan. Konser ini berakhir dengan bunyi seruling yang cepat dan
gembira sehingga tergugahlah para siswa dari meditasi mereka masing-masing.
d. Hasil
Yang Dicapai
Apabila prosedur tersebut dilaksanakan
dalam situasi dan kondisi yang kondusif, metode sugestopedia akan dapat
memberikan hasil yang luar biasa. Dalam hal retensi kosa kata untuk bahasa
Jerman, Perancis, Inggris, dan Italia, rata-rata retensinya mencapai 93,16%.
Bahkan setelah diselingi waktu sampai hampir tiga tahun pun retensi kosa kata
masih sempurna.
Para penganut Lozanov menghasilkan
angka yang berbeda-beda. Dalam percobaannya dengan kata-kata bahasa Spanyol,
Bordon dan Schuster menyatakan suggestopedia memberikan hasil 2,5 kali lebih baik daripada metode yang
lain. Guru-guru di Iowa sedikit lebih baik, yakni mereka memerlukan hanya
sepertiga dari waktu yang diperlukan oleh metode lain. Klaim tertinggi
dinyatakan oleh Ostrander dan Schruder yang menyatakan bahwa suggestopedia bisa
menghasilkan sampai 50 kali lebih baik daripada metode lain (Bancroft dalam
Soenjono Dardjowidjojo, 1996:66).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pendekatan
yang baru saja disajikan pada makalah ini ialah bahwa masing-masing merupakan
pendekatan yang sangat ampuh dan telah mencapai hasil yang jauh lebih baik
daripada pendekatan sebelumnya. Ada beberapa permasalahan yang berkaitan dengan
pendekatan ini secara umum, yaitu masalah pertama yang timbul dengan kelima
pendekatan ini adalah adanya pertentangan antara prinsip dasar yang mereka anut
dengan realitas yang dihadapi oleh guru bahasa. Oleh karena itu, muncullah
pendekatan-pendekatan baru dalam pembelajaran bahasa, diantaranya ialah
Pembelajaran Bahasa Masyarakat, Respons Fisik Total, Pendekatan Alamiah,
Pendekatan Diam, dan Pendekatan Sugestopedia.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Subyantoro. 2014. Teori Pembelajaran Bahasa: Implementasi Psikolinguistik
Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCcQFjAB&url=http%3A%2F%2Fbambangehc.files.wordpress.com%2F2008%2F11%2Fmakalah-sarwiji-suggestopedia.doc&ei=KGE-VLfVJMy3uQSLooCQBg&usg=AFQjCNG_b5OmKD8wgzRhs-2UIk6cFKuLkA&bvm=bv.77412846,d.c2E
(diakses pada hari Rabu, 15 Oktober 2014 pukul 19.00 WIB)
http://nyanyianbahasa.wordpress.com/2009/09/26/lima-pendekatan-mutakhir-dalam-pengajaran-bahasa-kelebihan-dan-kekurangan/
(diakses
pada hari Rabu, 15 Oktober 2014 pukul 19.30 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar