Kamis, 13 November 2014

Problematika Implementasi Kurikulum 2013



A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Sebagai seorang mahasiswa, khususnya prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya kita juga mengetahui tentang komponen dalam pembelajaran di sekolah-sekolah. Salah satunya adalah kurikulum. Kita tahu bahwa saat ini pemerintah mengeluarkan kurikulum baru yang disebut dengan kurikulum 2013. Untuk mengetahui lebih jauh tentang masalah dalam implementasi kurikulum 2013 kita melakukan observasi mengenai pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 di salah satu sekolah, yaitu di SMK N 1 PRINGAPUS. Tujuan kami adalah untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 khususnya dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil dari observasi kami akan kami jabarkan dalam bentuk laporan.

2.      Rumusan Masalah
1.      Apa saja masalah yang ada pada penerapan kurikulum di sekolah khususnya di SMK N 1 Pringapus?
2.      Bagaimana cara guru dalam menyikapi permasalahan yang ada dalam pengimplementasian kurikulum 2013?
3.      Bagaimana pendapat siswa mengenai kurikulum 2013?
4.      Apa manfaat yang diperoleh dengan menerapkan kurikulum 2013?

3.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui masalah apa saja yang ada pada penerapan kurikulum di sekolah
2.      Untuk mengetahui cara guru dalam menyikapi permasalahan yang ada dalam implementasi kurikulum 2013
3.      Untuk mengetahui pendapat siswa mengenai kurikulum 2013
4.      Untuk mengetahui manfaat yang diperoleh guru dengan menerapkan kurikulum 2013

4.      Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa khususnya jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk prodi pendidikan. Sebagai seorang calon pendidik makalah ini bisa dijadikan sebagai sumber pengetahuan mengenai problematika implementasi kurikulum 2013.



B.     ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
1.      Data hasil observasi implementasi kurikulum di sekolah
·         Awal penggunaan kurikulum 2013 adalah bulan Juli 2014
·         Kurikulum 2013 hanya diterapkan pada siswa kelas X dan XI
·         Masih butuh penyesuaian mengenai penerapan kurikulum 2013, karena kurikulum ini sangat berbeda dengan kurikulum 2006 (KTSP)
·         Masalah yang terjadi adalah masalah guru dan masalah buku

2.      Data hasil observasi implementasi 2013 oleh guru
·         Masalah/kendala:
a.       Masalah Buku
b.      Masalah Guru
c.       Sistem Penilaian
·         Banyak siswa yang mengeluh dengan penggunaan kurikulum 2013
·         Metode yang diterapkan oleh guru khususnya untuk pelajaran Bahasa Indonesia adalah diskusi
·         Biasanya guru juga menggunakan media power point dalam Kegiatan Belajar Mengajar
·         Manfaat kurikulum 2013 adalah sangat memudahkan guru dalam proses KBM
·         Manfaat yang didapatkan siswa adalah mendorong siswa tersebut untuk lebih aktif
·         Guru mengambil nilai dari keaktifan siswa
3.      Analisis
Kurikulum 2013 mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014. Di SMK N 1 Pringapus kurikulum 2013 mulai diterapkan pada bulan Juli 2014. Dapat dikatakan bahwa penerapan tersebut terlalu mendesak. Idealnya kurikulum 2013 dapat diimplementasikan pada tahun ajaran 2014/2015 sehingga segala sesuatu yang diperlukan sudah dipersiapkan. Implementasi yang terkesan mendesak tersebut akan menyebabkan masalah atau probem. Menurut Bu Anggun, salah satu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMK N 1 Pringapus masalah yang terjadi sebagai berikut:
Pertama, masalah guru. Sebagian besar guru belum mendapatkan pelatihan mengenai kurikulum 2013. Tentu saja hal itu akan menjadi kendala bagi proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah tersebut. Tidak jauh beda dengan guru yang belum mendapatkan pelatihan, guru yang sudah mendapatkan pelatihan pun juga masih mengalami kendala. Salah satunya adalah Bu Anggun sendiri. Beliau mengaku bahwa meskipun telah mengikuti pelatihan tentang kurikulum 2013, beliau masih mengalami kebingungan dan belum menguasai betul tentang konsep yang ada pada kurikulum 2013. Hal tersebut disebabkan karena masih minimnya pelatihan atau sosialisasi. Ketika pelatihan, guru hanya dijelaskan kurikulum 2013 secara teoretis saja. Padahal akan lebih efektif jika guru juga mendapat pelatihan disertai dengan praktik. Jadi, guru bisa memiliki gambaran untuk menerapkan kurikulum 2013 di sekolah.
Kedua, masalah buku. Banyak buku yang belum selesai pendistribusiannya. Padahal kita tahu bahwa buku sangat penting sebagai bahan pembelajaran. Ketika buku tersebut belum sampai ke tangan siswa, guru menggunakan media lain sebagai bahan pembelajaran. Misalnya mencari artikel di media elektronik ataupun media cetak yang berkaitan dengan bab yang akan diajarkan. Untuk mengantisipasi keterbatasan sumber pembelajaran, sekolah membuat kebijakan bahwa siswa diperbolehkan untuk membawa media elektronik, seperti telepon genggam yang digunakan untuk browsing. Sekolah juga telah menyediakan wifi gratis. Tentunya hal tersebut akan membawa dampak positif dan negatif bagi siswa itu sendiri. Bagi siswa yang bisa menggunakan fasilitas tersebut secara tanggung jawab, maka akan memberikan manfaat bagi proses belajarnya di sekolah. Berbeda dengan siswa yang tidak dapat memanfaatkan fasilitas tersebut secara tanggung jawab. Pasti akan berdampak pada penurunan kualitas belajar. Ketika ia disuruh browsing mengenai materi yang disampaikan oleh guru, tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan membuka situs-situs lain yang mungkin tidak bermanfaat. Seperti yang kita tahu bahwa pada sekolah-sekolah yang cukup jauh dari perkotaan sebagaian besar “dihuni” oleh siswa dari golongan ekonomi menengah kebawah. Jadi meskipun diberi kebebasan untuk membawa media elektronik, tetap saja tidak semua siswa dapat membawanya. Mungkin karena keadaan ekonomi yang masih rendah sehingga untuk membeli telepon genggam dengan fasilitas internet menjadi sebuah persoalan yang sulit.
Ketiga, sistem penilaian. Masih ada guru yang mengaku bahwa mereka kesulitan dalam sistem penilaian. Belum adanya konsep penilaian yang jelas sehingga guru merasa kesulitan dalam menilai. Selain itu cara menulis nilai dalam rapor juga masih menjadi permasalahan karena masih banyak guru yang belum mendapatkan pelatihan khususnya dalam hal praktik. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Bu Anggun megambil nilai dari tingkat keaktifan siswa.
Selain masalah-masalah tersebut, pengimplementasian kurikulum 2013 juga menimbulkan kontroversi. Kurikulum 2013 memberi sedikit keuntungan bagi guru, tetapi menjadi keluhan bagi siswa. Kurikulum 2013 sangat membantu guru, karena dalam Kegiatan Belajar Mengajar guru tidak selalu menjelaskan materi secara detail. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang hanya memberikan pengantar. Untuk pembahasan lebih detail, guru memberi keleluasaan bagi siswa untuk secara aktif mencari informasi melalui berbagai media. Siswa juga dapat berpendapat jika ada pendapat yang tidak sesuai dan tentunya harus disertai argumen yang jelas. Namun disisi lain, kurikulum 2013 menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan bagi siswa. Menurut penuturan dari salah satu siswa kelas X yang bernama Ifa.
“Kurikulum 2013 itu membosankan. Kita dituntut untuk lebih aktif sedangkan gurunya bisa santai. Bagaimana kita bisa mendapatkan ilmu secara maksimal jika ilmu yang diberikan oleh guru hanya sedikit. Banyak tugas yang harus dikerjakan. Selain itu waktu kami banyak yang tersita di sekolah, padahal kita juga memiliki kewajiban untuk membantu orang tua di rumah”, tuturnya.
Memang dengan penambahan jam pelajaran akan membuat siswa menjadi bosan. Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia kini menjadi 4 jam dalam seminggu. Jadi wajar saja jika siswa merasa bosan. Apalagi metode yang digunakan adalah diskusi. Guru memberikan materi yang akan dibahas, kemudian dibentuk kelompok yang terdiri atas 4 orang siswa atau bahkan lebih. Siswa tersebut melakukan diskusi yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan. Setelah itu dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan. Apabila ada pendapat yang kurang sesuai, maka kelompok lain dapat memberikan argumennya. Bagi siapa yang berani mengemukakan pendapatnya, maka akan diberi nilai. Memang penerapan metode seperti ini dapat memicu keaktifan siswa. Terbukti ketika kelompok saya melakukan pengamatan pembelajaran pada siswa kelas X jurusan Busana Butik di SMK N 1 Pringapus. banyak dari mereka yang ingin mengemukakan pendapatnya. Mereka tidak memikirnya benar atau salah pendapat mereka. Yang penting mereka berani mengemukakan pendapat di depan umum.
Selain menggunakan metode diskusi, guru juga menggunakan media power point dalam KBM. Mungkin materi akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika dibandingkan dengan guru menjelaskan hanya dengan buku. Akan tetapi tidak setiap saat guru bisa menjelaskan menggunakan media power point karena keterbatasan sarana prasarana yang ada di sekolah. Apalagi SMK N 1 Pringapus ini tergolong sekolah yang jauh dari wilayah kota. Jadi ketika kurikulum 2013 sudah diterapkan, itu merupakan sesuatu yang luar biasa mengingat betapa rumitnya konsep-konsep yang ada di dalamnya.
Menurut Bapak Sutarsana, Waka Kurikulum SMKN 1 Pringapus, penerapan kurikulum 2013 hanya diterapkan bagi siswa kelas X, dan XI, sedangkan kelas XII masih menggunakan kurikulum 2006 atau KTSP. Jika kelas XII juga menggunakan kurikulum 2013, maka akan membutuhkan penyesuaian yang cukup sulit karena kurikulum 2013 merupakan sesuatu yang baru. Selain itu mereka juga sudah menggunakan kurikulum KTSP selama dua tahun. Jadi apabila mereka tiba-tiba menggunakan kurikulum 2013 maka akan merasa kesulitan.



  

C.     PENUTUP
1.      Simpulan
Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 merupakan suatu konsep baru yang dalam pengimplementasiannya butuh persiapan yang matang. Mulai dari tenaga pengajar, sarana prasarana, sampai sumber pembelajaran. Namun kenyataan berkata lain. Meskipun kurang persiapan kurikulum 2013 sudah mulai diberlakukan di sekolah-sekolah. Tentu saja hal tersebut akan berdampak pada proses pembelajaran dan hasil yang diperoleh bagi siswa. Selain itu akan menimbulkan berbagai masalah atau kendala. Jadi dapat dikatakan bahwa penerapan kurikulum 2013 terkesan mendadak dan terburu-buru.


2.      Saran
Tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya kurikulum 2013 adalah sebagai perbaikan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Jika kurikulum 2013 dapat terlaksana dengan baik, saya yakin bahwa kualitas pendidikan di Indonesia semakin meningkat. Namun akan berbeda jika dalam penerapan kurikulum 2013 hanya dilakukan seadanya saja tanpa persiapan yang matang. Seharusnya jika pemerintah benar-benar menginginkan agar penerapan kurikulum 2013 mendapatkan hasil yang maksimal, maka persiapannya juga harus matang. Mulai dari mempersiapkan tenaga pengajar yang berkualitas, distribusi buku pelajaran, hingga sarana dan prasarana yang memadai.




1 komentar: