A. PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Sebagai seorang mahasiswa, khususnya prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya kita juga mengetahui tentang
komponen dalam pembelajaran di sekolah-sekolah. Salah satunya adalah kurikulum.
Kita tahu bahwa saat ini pemerintah mengeluarkan kurikulum baru yang disebut
dengan kurikulum 2013. Untuk mengetahui lebih jauh tentang masalah dalam
implementasi kurikulum 2013 kita melakukan observasi mengenai pelaksanaan
implementasi kurikulum 2013 di salah satu sekolah, yaitu di SMK N 1 PRINGAPUS.
Tujuan kami adalah untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan implementasi
kurikulum 2013 khususnya dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil dari
observasi kami akan kami jabarkan dalam bentuk laporan.
2. Rumusan
Masalah
1. Apa
saja masalah yang ada pada penerapan kurikulum di sekolah khususnya di SMK N 1
Pringapus?
2. Bagaimana
cara guru dalam menyikapi permasalahan yang ada dalam pengimplementasian
kurikulum 2013?
3. Bagaimana
pendapat siswa mengenai kurikulum 2013?
4. Apa
manfaat yang diperoleh dengan menerapkan kurikulum 2013?
3. Tujuan
1. Untuk
mengetahui masalah apa saja yang ada pada penerapan kurikulum di sekolah
2. Untuk
mengetahui cara guru dalam menyikapi permasalahan yang ada dalam implementasi
kurikulum 2013
3. Untuk
mengetahui pendapat siswa mengenai kurikulum 2013
4. Untuk
mengetahui manfaat yang diperoleh guru dengan menerapkan kurikulum 2013
4. Manfaat
Dengan adanya makalah
ini diharapkan dapat membantu mahasiswa khususnya jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia untuk prodi pendidikan. Sebagai seorang calon pendidik makalah ini
bisa dijadikan sebagai sumber pengetahuan mengenai problematika implementasi
kurikulum 2013.
B. ANALISIS
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
1. Data
hasil observasi implementasi kurikulum di sekolah
·
Awal penggunaan kurikulum 2013 adalah
bulan Juli 2014
·
Kurikulum 2013 hanya diterapkan pada
siswa kelas X dan XI
·
Masih butuh penyesuaian mengenai penerapan
kurikulum 2013, karena kurikulum ini sangat berbeda dengan kurikulum 2006
(KTSP)
·
Masalah yang terjadi adalah masalah guru
dan masalah buku
2. Data
hasil observasi implementasi 2013 oleh guru
·
Masalah/kendala:
a. Masalah
Buku
b. Masalah
Guru
c. Sistem
Penilaian
·
Banyak siswa yang mengeluh dengan
penggunaan kurikulum 2013
·
Metode yang diterapkan oleh guru
khususnya untuk pelajaran Bahasa Indonesia adalah diskusi
·
Biasanya guru juga menggunakan media
power point dalam Kegiatan Belajar Mengajar
·
Manfaat kurikulum 2013 adalah sangat
memudahkan guru dalam proses KBM
·
Manfaat yang didapatkan siswa adalah
mendorong siswa tersebut untuk lebih aktif
·
Guru mengambil nilai dari keaktifan
siswa
3. Analisis
Kurikulum
2013 mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014. Di SMK N 1 Pringapus
kurikulum 2013 mulai diterapkan pada bulan Juli 2014. Dapat dikatakan bahwa
penerapan tersebut terlalu mendesak. Idealnya kurikulum 2013 dapat
diimplementasikan pada tahun ajaran 2014/2015 sehingga segala sesuatu yang
diperlukan sudah dipersiapkan. Implementasi yang terkesan mendesak tersebut
akan menyebabkan masalah atau probem. Menurut Bu Anggun, salah satu guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia di SMK N 1 Pringapus masalah yang terjadi sebagai
berikut:
Pertama,
masalah guru. Sebagian besar guru belum mendapatkan pelatihan mengenai
kurikulum 2013. Tentu saja hal itu akan menjadi kendala bagi proses Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) di sekolah tersebut. Tidak jauh beda dengan guru yang
belum mendapatkan pelatihan, guru yang sudah mendapatkan pelatihan pun juga
masih mengalami kendala. Salah satunya adalah Bu Anggun sendiri. Beliau mengaku
bahwa meskipun telah mengikuti pelatihan tentang kurikulum 2013, beliau masih
mengalami kebingungan dan belum menguasai betul tentang konsep yang ada pada
kurikulum 2013. Hal tersebut disebabkan karena masih minimnya pelatihan atau
sosialisasi. Ketika pelatihan, guru hanya dijelaskan kurikulum 2013 secara
teoretis saja. Padahal akan lebih efektif jika guru juga mendapat pelatihan
disertai dengan praktik. Jadi, guru bisa memiliki gambaran untuk menerapkan
kurikulum 2013 di sekolah.
Kedua,
masalah buku. Banyak buku yang belum selesai pendistribusiannya. Padahal kita
tahu bahwa buku sangat penting sebagai bahan pembelajaran. Ketika buku tersebut
belum sampai ke tangan siswa, guru menggunakan media lain sebagai bahan
pembelajaran. Misalnya mencari artikel di media elektronik ataupun media cetak
yang berkaitan dengan bab yang akan diajarkan. Untuk mengantisipasi
keterbatasan sumber pembelajaran, sekolah membuat kebijakan bahwa siswa
diperbolehkan untuk membawa media elektronik, seperti telepon genggam yang
digunakan untuk browsing. Sekolah juga telah menyediakan wifi gratis. Tentunya hal tersebut akan membawa dampak positif dan
negatif bagi siswa itu sendiri. Bagi siswa yang bisa menggunakan fasilitas
tersebut secara tanggung jawab, maka akan memberikan manfaat bagi proses
belajarnya di sekolah. Berbeda dengan siswa yang tidak dapat memanfaatkan
fasilitas tersebut secara tanggung jawab. Pasti akan berdampak pada penurunan
kualitas belajar. Ketika ia disuruh browsing mengenai materi yang disampaikan
oleh guru, tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan membuka situs-situs lain
yang mungkin tidak bermanfaat. Seperti yang kita tahu bahwa pada
sekolah-sekolah yang cukup jauh dari perkotaan sebagaian besar “dihuni” oleh
siswa dari golongan ekonomi menengah kebawah. Jadi meskipun diberi kebebasan
untuk membawa media elektronik, tetap saja tidak semua siswa dapat membawanya.
Mungkin karena keadaan ekonomi yang masih rendah sehingga untuk membeli telepon
genggam dengan fasilitas internet menjadi sebuah persoalan yang sulit.
Ketiga,
sistem penilaian. Masih ada guru yang mengaku bahwa mereka kesulitan dalam
sistem penilaian. Belum adanya konsep penilaian yang jelas sehingga guru merasa
kesulitan dalam menilai. Selain itu cara menulis nilai dalam rapor juga masih
menjadi permasalahan karena masih banyak guru yang belum mendapatkan pelatihan
khususnya dalam hal praktik. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Bu Anggun
megambil nilai dari tingkat keaktifan siswa.
Selain
masalah-masalah tersebut, pengimplementasian kurikulum 2013 juga menimbulkan
kontroversi. Kurikulum 2013 memberi sedikit keuntungan bagi guru, tetapi
menjadi keluhan bagi siswa. Kurikulum 2013 sangat membantu guru, karena dalam
Kegiatan Belajar Mengajar guru tidak selalu menjelaskan materi secara detail.
Guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang hanya memberikan pengantar. Untuk
pembahasan lebih detail, guru memberi keleluasaan bagi siswa untuk secara aktif
mencari informasi melalui berbagai media. Siswa juga dapat berpendapat jika ada
pendapat yang tidak sesuai dan tentunya harus disertai argumen yang jelas. Namun
disisi lain, kurikulum 2013 menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan bagi siswa.
Menurut penuturan dari salah satu siswa kelas X yang bernama Ifa.
“Kurikulum
2013 itu membosankan. Kita dituntut untuk lebih aktif sedangkan gurunya bisa
santai. Bagaimana kita bisa mendapatkan ilmu secara maksimal jika ilmu yang
diberikan oleh guru hanya sedikit. Banyak tugas yang harus dikerjakan. Selain
itu waktu kami banyak yang tersita di sekolah, padahal kita juga memiliki
kewajiban untuk membantu orang tua di rumah”, tuturnya.
Memang
dengan penambahan jam pelajaran akan membuat siswa menjadi bosan. Untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia kini menjadi 4 jam dalam seminggu. Jadi wajar saja
jika siswa merasa bosan. Apalagi metode yang digunakan adalah diskusi. Guru
memberikan materi yang akan dibahas, kemudian dibentuk kelompok yang terdiri
atas 4 orang siswa atau bahkan lebih. Siswa tersebut melakukan diskusi yang
berkaitan dengan materi yang telah disampaikan. Setelah itu dari masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan. Apabila ada pendapat yang kurang
sesuai, maka kelompok lain dapat memberikan argumennya. Bagi siapa yang berani
mengemukakan pendapatnya, maka akan diberi nilai. Memang penerapan metode
seperti ini dapat memicu keaktifan siswa. Terbukti ketika kelompok saya
melakukan pengamatan pembelajaran pada siswa kelas X jurusan Busana Butik di
SMK N 1 Pringapus. banyak dari mereka yang ingin mengemukakan pendapatnya. Mereka
tidak memikirnya benar atau salah pendapat mereka. Yang penting mereka berani
mengemukakan pendapat di depan umum.
Selain
menggunakan metode diskusi, guru juga menggunakan media power point dalam KBM. Mungkin
materi akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika dibandingkan dengan guru
menjelaskan hanya dengan buku. Akan tetapi tidak setiap saat guru bisa
menjelaskan menggunakan media power point karena keterbatasan sarana prasarana
yang ada di sekolah. Apalagi SMK N 1 Pringapus ini tergolong sekolah yang jauh
dari wilayah kota. Jadi ketika kurikulum 2013 sudah diterapkan, itu merupakan
sesuatu yang luar biasa mengingat betapa rumitnya konsep-konsep yang ada di
dalamnya.
Menurut
Bapak Sutarsana, Waka Kurikulum SMKN 1 Pringapus, penerapan kurikulum 2013
hanya diterapkan bagi siswa kelas X, dan XI, sedangkan kelas XII masih
menggunakan kurikulum 2006 atau KTSP. Jika kelas XII juga menggunakan kurikulum
2013, maka akan membutuhkan penyesuaian yang cukup sulit karena kurikulum 2013
merupakan sesuatu yang baru. Selain itu mereka juga sudah menggunakan kurikulum
KTSP selama dua tahun. Jadi apabila mereka tiba-tiba menggunakan kurikulum 2013
maka akan merasa kesulitan.
C. PENUTUP
1. Simpulan
Dari analisis tersebut
dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 merupakan suatu konsep baru yang dalam
pengimplementasiannya butuh persiapan yang matang. Mulai dari tenaga pengajar,
sarana prasarana, sampai sumber pembelajaran. Namun kenyataan berkata lain. Meskipun
kurang persiapan kurikulum 2013 sudah mulai diberlakukan di sekolah-sekolah.
Tentu saja hal tersebut akan berdampak pada proses pembelajaran dan hasil yang
diperoleh bagi siswa. Selain itu akan menimbulkan berbagai masalah atau
kendala. Jadi dapat dikatakan bahwa penerapan kurikulum 2013 terkesan mendadak
dan terburu-buru.
2. Saran
Tidak dapat dipungkiri bahwa
munculnya kurikulum 2013 adalah sebagai perbaikan dari kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Jika kurikulum 2013 dapat terlaksana dengan baik, saya yakin bahwa
kualitas pendidikan di Indonesia semakin meningkat. Namun akan berbeda jika
dalam penerapan kurikulum 2013 hanya dilakukan seadanya saja tanpa persiapan
yang matang. Seharusnya jika pemerintah benar-benar menginginkan agar penerapan
kurikulum 2013 mendapatkan hasil yang maksimal, maka persiapannya juga harus
matang. Mulai dari mempersiapkan tenaga pengajar yang berkualitas, distribusi
buku pelajaran, hingga sarana dan prasarana yang memadai.
Mantap, thanks yaa
BalasHapus